Dirgahayu Indonesiaku…Rumah tempatku kembali


Berkibarlah bendera negeriku
Berkibarlah engaku didadaku
Tunjukkanlah kepada dunia
Semangatmu yang panas membara

Daku ingin jiwa raga ini
Selaras dan keanggunan
Daku ingin jemariku ini
Menuliskan kharismamu

Berkibarlah bendera negeriku
Berkibar di luas nuansamu
Tunjukkanlah kepada dunia
Ramah tamah budi bahasamu

Daku ingin kepal tangan ini
Menunaikan kewajiban oh..
Putera bangsa yang mengemban cita
Hidup dalam kesatuan
(Merah Putih-Gombloh)
aku tak tahu apakah ini yang disebut  dengan cinta…
meski telah sekian banyak jiwa ini terkontaminasi produk asing
yang seakan-akan ingin merenggut keberadaanmu
memecah belah, menghempas bahkan saling meneriakkan untuk melepasmu
tak kalah macam warta yang menginjak-injakmu
semakin menyudutkan sebuah kepemilikan jiwa ini
jangankan doa untuk pemimpin-pemimpin kami, ucapan terimakasih bahkan sekedar apresiasi dalam batin enggan kami tunaikan
hanya hujatan yang dapat kami persembahkan tatkala sisi gelap pemimpin-pemimpin bangsa ini terkuak
tanpa ada kemauan untuk instropeksi, bercermin dan berbenah diri
kami  dibutakan oleh kesohoran negeri sebrang
yang aman-damai-maju-dan sejahtera
kami hanya mampu menuntut tanpa kesediaan untuk mengabdi
berteriak di jalanan, media massa bahkan sosial media
tentang betapa bobroknya negeri ini
bahkan ketika teknologi yang katanya mulai merambah hingga pelosok
membuat kami semakin kecanduan untuk mengupgrade produk-produk buatan asing
kami  dimudahkan dengan adanya produk asing yang telah menjamur
ketika balita telah handal mengotak-atik smartphone dengan berbagai macam game penuh warna yang sanggup membuatnya tertawa bahagia berjam-jam meski hanya sendirian didalam kamar
begitupun usia sekolah dasar berselancar di dunia maya yang penuh fantasi, menjelajah dari satu akun ke akun lainnya dalam sebuah sosial media dimanapun mereka berada, gadget selalu dalam genggaman
dan kami para orangtua pun bangga akan capaian tersebut, merasa bahwa anak kami anti gaptek, cerdas cepat paham teknologi
karena konon katanya bangsa yang menguasai teknologi adalah bangsa yang mampu bersaing
namun kami seakan-akan melawan sebuah pemikiran lainnya
kami telah menciptakan sebuah dunia baru untuk anak-anak kami
sebuah dunia penuh dengan segala sesuatu yang instan, kemalasan, dan kemudahan
kami berlomba-lomba memberikan produk-produk terbaik buatan luar yang katanya untuk menunjang pendidikan
tanpa dibarengi sebuah ajaran tentang pendewasaan mental, tuntunan agama yang kuat dan wejangan lainnya yang telah turun-menurun diajarkan oleh leluhur
prinsip modernitas telah menjadi mindset dalam kehidupan dewasa ini
ketika taman bermain ditengah kota telah tergantikan oleh wahana-wahana yang memacu adrenalin didalam mall-mall yang tersebar di kota-kota besar
ketika jiwa sosial telah terkalahkan oleh sosialita
dan sebuah pesta demokrasi malah semakin mengikis kesatuan bangsa
hanya karena perbedaan prinsip dalam berpendapat
perang cemohaan, hujatan dan sindiran menjadi sebuah kebiasaan dalam beberapa bulan terakhir
ketika memasang foto dengan salah satu angka menjadi sebuah trend dengan berbagai macam statemen yang semakin menggambarkan kedangkalan nalar
ketika fanatisme telah merobohkan etika kesopanan dan agama
dan pendukung yang sekaligus merangkap pembenci untuk lainnya
Duh…
entah apa yang harus kami tebus untuk dosa ini
agar Engkau tak menurunkan azabMu pada bangsa ini
kami telah jauh melewati batas aturan yang Engkau gariskan
kami telah terlalu bahagia dengan semua capaian yang kami buat
tanpa pernahber susah-payah  untuk sekedar merenungkan apakah Engkau tersenyum atau bahkan murka dengan segala tindak-tanduk kami
namun, untuk kesekian kalinya Engkau menunjukkan kemurahan agar kami mampu menelaah semua sketsa yang telah kami gambar
sebuah peristiwa yang begitu sakral, sanggup membuat kami menghentikan langkah dan menengok ke belakangan untuk sesaat
mengheningkan cipta dalam kesyukuran yang tiada batas
ketika iringan lantunan-lantunan bait mampu menggetarkan jiwa kami
saling berpegang tangan, membaur dalam keharuan yang mempesona
airmata  kekhusyukan yang seakan-akan menghapus segala macam kebencian yang pernah hinggap dalam jiwa raga
ketika sukma  kebhinekaan saling memeluk dalam kedamaian dan persatuan
tanpa ada perbedaan, semua luruh menjadi satu..
satu dalam bangsa, satu dalam bahasa, dan satu dalam tanah air
Dirgahayu Negeriku… Dirgahayu Ibu Pertiwi pujaan bangsa…
Mari menjadi pribadi lebih baik, pribadi yang senantiasa hidup penuh kesyukuran
Mari berjuang dalam jalan Tuhan..
Mari berbenah diri terus dan terus
Mari ciptakan iklim yang kondusif demi kelangsungan hidup
Mari kita didik putra-putri bangsa dengan sebuah perjuangan dan pengorbanan
 Let’s be better from now on..
Daku ingin jiwa raga ini
Selaras dan keanggunan
Daku ingin jemariku ini
Menuliskan kharismamu
Daku ingin kepal tangan ini
Menunaikan kewajiban oh..
Putera bangsa yang mengemban cita
Hidup dalam kesatuan
Kediri, 17 Agustus 2014 23.45 WIB